Kamis, 06 Februari 2014

Bring Back My Heart -> Bag 2


Bag 2


“Gadis ini, masih cantik seperti dulu..”
“Yakin dia masih gadis?”
“Jangan sembarangan!! Gue sudah selidiki hampir dua tahun. Dia masih sendiri, belum menikah..”
“Oh gitu, kenapa dia belum sadar juga, ini sudah dua jam. Padahal lukanya nggak terlalu parah..”
“Entahlah, wajahnya pucat. Kita tunggu saja..”
“Elu yakin dia orangnya?”
“100%”
Aku tidak mungkin salah, dia orang yang sama dengan yang aku temui dulu. Dia cinta pertama kakak ku, Arya. Kakak kembarku. Aku yakin karena akulah yang telah memaksanya untuk jatuh cinta pada Arya, dan aku pula yang dengan tidak sengaja membuat Arya jatuh cinta padanya. Dan setelah berpisah mereka sangat menderita. Ini semua salahku, dan aku akan bertanggung jawab. Andai waktu itu aku tidak mengaku sebagai Arya. Mungkin dia sudah menjadi milikku. Sejak awal dia memang milikku, milikku yang tak pernah kudapatkan.
“Terus kalau dia sadar, lu mau ngapain? Dia pasti kenal lu sebagai kak Arya..”
“Menurut lo, gua harus jadi siapa? Arya atau Erga…”
Syila terdiam mendengar pertanyaanku. Dia menatapku bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya. Ini pertanyaan sulit baginya “Aku nggak tahu, terserah kamu aja deh!!”
“Nana pasti berharap gua Arya..” kenyataan yang tidak dapat kutepis. Dia sama sekali tidak tahu siapa itu Erga. Dia pasti hanya mengenal Arya. Coba waktu itu dia tidak mencari Arya. Maka kakakku tidak akan pernah benar-benar bertemu dengannya, lalu jatuh cinta. Arya tidak memberitahukan kebenarannya, hanya karena  dia ingin memiliki bunga yang indah ini. Tapi apa dia tahu yang sebenarnya terjadi pada Arya.
“Kak Arya pasti bahagia, kalau elu jujur sama nih cewe..”
“Maksud lo?”
“Jadi diri lu sendiri bego, Erga Nindra..”
“Kenapa kalau jadi Arya? gua dah biasa..”
“Sebenarnya kak Arya tahu..”
“Tahu apa?”
“Kak Arya tahu lu pakai nama dia waktu pertama kali ketemu nih cewek. Dan kak Arya juga tahu lu yang pertama kali suka sama nih cewe..”
“Maksud lo. Arya tahu semuanya..”
“Iya, dia yang bilang sama gue. Karena itu juga dia memutuskan untuk pergi..”
“Bodoh !!”
“Elu ngomong bodohnya ke gue apa Kak Arya?”
“Kalian berdua  bodoh. Kalian salah ngerti. Gua cuma main-main sama gadis ini, makanya gua memperkenalkan diri sebagai Arya..”
“Udah deh lu nggak bisa bohong. Kenapa juga lu mau bertanggung jawab, elu kan playboy kelas VIP. Semua orang yang lihat lu tuh ya, pasti punya pemikiran yang sama pada saat pertama kali ketemu lu. Si ganteng yang banyak pacar, hahaha. Elu tobat waktu lu sadar nggak bisa bersama cewe ini lagikan? lu suka nih cewe..”
Aku tak dapat berkata, aku tampak bodoh didepan Syila. Dia sepupuku yang sangat dekat dengan Arya dan memanggilnya dengan sebutan kakak. Berbeda dengan caranya memanggilku, “elo ketawanya jangan keras-keras napa..”
Yang benar saja, ketawa Syila yang agak keras membangunkan gadis yang tertidur diranjang kamar hotel tempatku menginap. Nana Putri. Mata sayunya terbuka perlahan, dan mulai mengamati seisi kamar. Dia tampak kebingungan, jelas saja ini bukan kamarnya. Hatiku mulai gusar, karena matanya akan segera menemukan keberadaanku. Aku tak berani menatapnya, segera aku membalikkan badan membelakanginya. Kutatap Syila dan segera memberikan kode agar dia menghampiri gadis itu. Dan Syila mengerti.
“Udah sadar nih neng?” Syila menghampiri Nana yang kebingungan.
“Siapa kamu?” tanya Nana ketus.
“Gue Syila. Nama lu siapa?”
“Syila? Kenapa aku disini, kamu penculik?” Nana mulai resah.
“Gue nggak culik lu kali. Gue tanya nama lu tuh siapa?” Syila menahan kesalnya.
“Neyla, Neyla. Jam berapa sekarang?”
“Hah, kok Neyla sih. Sial, dah gue bilang lu salah orang..”
Tidak mungkin, aku sangat yakin dia Nana. Nana Putri, kekasih Arya. Aku selalu mengawasinya. Kali ini aku yang kebingungan. Siapa gadis ini, kenapa wajahnya tampak sama. Sebelumnya dia membenarkan kalau dia Nana dengan mengataiku penguntit. Kuberanikan membalikkan badan dan menatapnya, apa dia mengenali wajah ini.
“Heii, aku tanya jam berapa? Dan ini dimana? Aku mau…………………………………kamu?”
“Lu kenal dia?” Syila bertanya pada Nana.
Mata kami saling bertemu. Tatapan itu, aku sangat mengenal tatapan itu. Aku tahu sudah lama sekali sejak dia mencari Arya. Dan aku yakin, gadis yang ku bawa ini Nana. Dia mengerutkan keningnya. Matanya tak berkedip, tetap menatapku. Aku merasakan jantungku memacu dengan kencang, seperti berlari menghindari sesuatu.
“ARYA”
Ya akhirnya, dia mengucapkan nama itu. Memang sudah seharusnya terjadi. Syila menatapku tajam. Bahkan dia melototiku, dia ingin aku mengatakan sesuatu. Badan ku tiba-tiba terasa sangat lemas. Gadis itu mulai meteskan airmata, satu persatu jatuh. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku mulai berfikir dan berfikir. Aku harus cepat, aku harus segera memutuskan. Aku ingin jadi siapa.
“Emmphh…” Syila mulai merasa tak enak, melihat gadis itu menangis “Intinya, nama lu bukan Neyla kan. Arya nggak kenal cewe yang namanya Neyla..” Syila menjelaskan.
Gadis ini menatap Syila tajam. Terlihat menakutkan, kenapa dia seperti itu. Baru pertama kali aku melihat gadis cantik ini mengeluarkan ekspresi tidak menyenangkan. Meskipun masih saja terlihat cantik.
“Santai dong!! Gue cuma ngasih tahu..” Syila menyeringai, dia tampak kesal.
“Aku… bukan Arya !!” akhirnya aku memutuskan, mau jadi siapa diriku. Mereka berdua menatapku bersamaan. Syila terkejut dengan keputusanku, dan Nana lebih terkejut lagi. Ini mungkin mustahil baginya. Dan mungkin sekarang dia berfikir aku sedang bercanda, “Aku memang bukan Arya, dan aku tidak sedang bercanda..” jelasku.
“Oke, aku mengerti. Aku mau pulang..” Nana turun dari kasur dan berjalan dengan cepat mendekati pintu.
“Nana..” kupanggil namanya berharap dia berhenti. Ya, dia menghentikan langkahnya yang tinggal beberapa jengkal menuju pintu.
“Jika kamu bukan Arya, akupun bukan Nana. Aku bukan siapa-siapa!!” gadis itu menegaskan, pintupun dibuka dan dia pergi.
Bagaikan disambar petir. Hatiku hancur mendengar pernyataannya. Apa yang terjadi dengannya. Kenapa dia bisa mengatakan itu setelah sekian lama tidak berjumpa denganku. Apa dia sudah melupakan segala sesuatu yang aku dan dia lalui. Tidak mungkin selama ini aku salah, informanku tidak mungkin berbohong. Dia masih sendiri sampai detik ini.
“Sekarang gue yakin, dia beneran Nana. Dia tuh cuma cinta sama Kak Arya, makanya dia begitu. Kasihan ya jadi elu, tidak diharapkan..” Syila menyindirku.
“Diam lo bawel..”
“Tapi gue kagum, lu berani mengambil keputusan yang bahkan gue pun bakalan sulit menerimanya kalau gue yang jadi Nana..”
Aku menghela napas. Syila ada benarnya, pasti sulit bagi Nana untuk menerima kenyataan bahwa wajah ini bukan Arya. Dia pasti marah dan sedih.
“Terus sekarang apa? Lo janji bantu gua..”
“Peraturannya sederhana. Jika dia membuat lu merasa lebih baik, lanjutkan. Tapi, jika dia membuat lu merasa lebih buruk , maka biarkan dia pergi. Disini gue juga memperhitungkan perasaan lu, dan tentunya kak Arya. Gue pengen dia bahagia disana..”
“Kita lihat saja nanti. Akan berakhir baik atau buruk!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar