Rabu, 26 Maret 2014

Bring Back My Heart ->Bag 5

Bag 5

Setelah sekian lama, tapi aku melakukannya dengan buruk. Terakhir kali aku melihatnya, dia begitu mempesona. Meskipun dia selalu mempesona dimataku. Tapi, ada yang berubah darinya. Dia tampak berbeda, pandangannya padaku penuh rasa sesal. Apa karena aku bukan orang yang dia harapkan. Banyak hal yang inginku tanyakan, tapi dia pergi tanpa ingin tahu apa yang ingin kukatakan. Dan aku terlihat begitu bodoh karena tidak berusaha menahan dan mengantarnya pulang. Aku benar-benar buruk dalam hal ini. Jika Arya ada disini, dia akan sangat kecewa padaku. Orang yang sama-sama kami sayangi, kuperlakukan dengan tidak semestinya. Dengan apa dia pulang? Aku bahkan tak menemukan dia membawa dompet dan sendal. Erga, kamu begitu bodoh hingga harus melupakan hal sepenting itu.
Biiippp.. Biippp…
Handphone ku berbunyi, ini pesan dari Syila. Dia ada dikamar sebelah.
Badguy, lu emg cowok paling bego..
Gue bakal bunuh elu kalau jd tuh cewek.
So, ur lucky man!!                        
Cewek tomboy ini sedikit membuatku stress. Dia bahkan lebih tahu keadaan Nana melebihi dari diriku. Sedikitpun tidak memberitahu siapa informan yang dia bayar untuk memata-matai Nana. Yang aku tahu selama menyelidiki tentangnya adalah dia selalu berada didekat Neyla, mantanku. Satu-satunya wanita yang dapat membedakan yang mana diriku, dan yang mana Arya. Karena dia juga aku tidak bisa mendekati Nana, dia tidak menyukaiku karena dulu aku mempermainkannya. Dia melindungi Nana, itu yang membuatku takut. Otakku selalu berfikir dialah orang yang akan membunuhku, bukan Nana. Aku rasa banyak yang tidak Nana tahu, sampai saat ini dia masih menjadi orang yang dibohongi orang-orang yang disayanginya. Kamu harus bersabar Nana, aku akan segera mengakhiri semua ini. Baik maupun buruk.
Silahkan, gw gk keberatan!!
Hanya kata-kata itu yang dapatku balas dari pesan Syila.
Biipp.. Biipp..
Ok. Gue butuh tenaga buat bunuh lu!!
Cari makan dulu.. laper gue.
Tunggu di lobi, 10mnit gue susul!! :p
Tuhan, kalau saja aku tidak butuh bantuannya. Dengan terpaksa aku keluar dari kamar dan menunggu Syila yang sudah pasti baru mau mandi. 20menit sudah berlalu, akhirnya Syila datang juga. Sama saja, penampilannya masih terlihat berantakan. Kenapa aku bisa punya sepupu seperti dia, banyak uang tapi anti salon. Karena dia keturunan dari Kakek dan Nenek yang sama denganku, tentunya kuanggap dia gadis yang cantik. Walaupun masih cantikan Nana dimataku.
“Kelamaan ya, ada sedikit trouble..”
“Trouble?”
“Tadi informannya hubungi gue, cewe kesayangan lu itu sakit..”
“Informannya ikut juga?”
“Ah, lu nggak usah mau tahu soal informan gue. Dia orang yang dapat dipercaya!!”
“Gimana keadaannya sekarang?”
“Udah lu nggak usah khawatirin dia mulai sekarang!! Setelah perut gue kenyang, nyawa lu melayang, mati deh lu..hahaha”
“Sial lo..”
“Ayo, gue pengen makan bubur ayam..”
“Nggak ada yang lebih enakan selain sarapan bubur ayam?”
“Emph ada sih, ayamnya pake bubur,,hhahaha”
“Ketawa lo lebar banget. Orang-orang pada kabur..”
Syila memandangku dengan wajah antagonisnya. Sama sekali tidak menakutkan, kurasa malah terlihat lucu. Kalau saja aku tidak bergantung padanya saat ini, aku takkan pernah tahu apa yang harus kulakukan untuk menebus semua kesalahanku pada Nana dan Arya. Dan kalau saja Syila tidak menyayangi Arya dan menganggapnya penting, aku takkan bisa menggantungkan masalahku padanya. Suatu saat aku akan sangat berterima kasih atas semua pertolongan dan pengorbanannya.
Apa jadinya jika Nana tahu yang sebenarnya. Siapa laki-laki yang pertama memeluknya, dan membuatnya jatuh cinta. Awal mula aku hanya bercanda saat pertama kali menggodanya, tapi pada akhirnya aku membuat dia berambisi pada sosok Arya. Kini aku yang hampir putus asa, karena tak dapat mengakhiri sesuatu yang kumulai sendiri. Dan yang terparah, aku terjerat dalam permainanku sendiri. Ini semacam karma, karena banyak menyakiti hati wanita-wanita di masa laluku. Sekarang aku, Arya, dan Nana yang terkena balasan. Balasan ini kuanggap semacam kutukan. Kutukan yang membuat hati kami terus terhubung. Tapi sekarang, penyesalan tidak ada gunanya. Aku hanya perlu terus memperjuangkan apa yang seharusnya aku perjuangkan. Ini pertama didalam hidupku. Bukan semata-mata karena Arya, tapi perasaanku juga.
Didunia ini, belum ada satupun hal yang pernah aku perjuangkan. Semuanya kudapat dengan mudah. Mungkin itu yang membuatku begitu gampang menerima dan membuang sesuatu, apapun itu. Tapi Arya dan Nana, membuatku belajar. Didalam hidup ada satu hal yang patut kita pertahankan, yaitu cinta. Cinta yang kurasakan saat ini adalah cinta yang penuh rasa takut, takut akan kehilangannya jika dia tahu akulah Arya yang pertama kali dia kenal.
“Mikirin tuh cewek !!” Syila membuyarkan lamunanku “Mas bubur ayamnya dua ya..”
“Siapa lagi..” jawabku sambil duduk dikursi sebuah warung bubur ayam didekat hotel tempatku menginap.
“Muka lu pucet tuh, jangan terlalu dipikirin. Entar lu sakit sebelum gue bunuh..”
“Niat banget sih lo bunuh gua, bunuh aja..”
“Ya ntar,, sabar ya Gi, gue makan bubur dulu” Syila menodongkan sendok ke mukaku.
“Sial lo !!!”
“Hahahaa… lu kaget atau belum siap mati? Tampang lu jayus banget..”
“Jangan bercanda deh.. gua lagi nggak mood!!”
“Emang lu kaga pernah ada moodnya. Nggak heran gue, kenapa lu susah banget tuntasin masalah lu..”
“Nggak ada hubungannya!”
Dua mangkuk bubur ayam datang. Mengingatkanku akan gadis itu lagi. Nana tidak suka bubur. Masih jelas terekam dalam memoriku saat dia mengatakan bahwa dia wanita yang punya selera. Berusaha menjelaskan, tidak menyukai beberapa hal termasuk makanan bukanlah pemilih. Dia selalu menekankan padaku dengan nada yang meyakinkan “Aku punya selera..”. Ini pagi yang sungguh konyol, semangkuk bubur ayam bisa membuatku kalut. Syila benar, aku harus segera menyelesaikan apa yang sudah aku mulai.
“Hebat lu, kerupuk bisa melempem gara-gara lu pelototin. Belajar telepati dimana lu? Daripada keburu nggak enak diliatin mulu, mending buat gue aja.. Hhahaha..” Syila menggeser mangkuk bubur ayam kehadapannya.
“Makan aja. Gua mau makan yang lain!!! Gembul”
“Nyuruh makannya sih kedengeran gurih, tapi gembulnya asem banget. Karena gue harus merasakan asemnya cuka di pagi hari, lu yang bayarin sebagai dendanya…” Lagi-lagi menodongkan sendok ke mukaku, kali ini ada buburnya.
“Apaan sih lo, jorok banget. Iya gua bayarin, sepuluh mangkuk juga…”
“Nah gitu donk. Ngomong-ngomong hari ini rencana lu apa?”
“Yang jelas gua pengen semua ini cepet kelar. Tapi nggak mungkin gua tuntasin disini, suasananya terlanjur kacau seperti ini..”
“Emph Ok, gue ngerti maksud lu. Nanti gue hubungi informannya..”

“Ya thanks..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar