Bag 1
BRING BACK MY HEART
Terkadang
cinta memang begitu menyakitkan, akan
tetapi karena cinta juga kamu selalu temukan dirimu tersenyum tanpa alasan.
Ketika orang yang kita anggap sangat kita cintai meninggalkan kita, jangan
gunakan matamu untuk menangisinya, tapi gunakan untuk mencari dia yang lebih
baik. Cinta, sebuah kata yang ajaib. Sebenarnya definisi dari cinta sendiri itu
apa? Ada banyak arti dari cinta, tergantung siapa yang menjalaninya. Terkadang
kita harus mendengarkan kata hati untuk mencari tahu apa jawabannya.
Cinta sejati,
banyak orang tersenyum bahagia ketika mengatakan pasangannya adalah cinta
sejatinya. Hanya karena mereka merasa saling membahagiakan satu sama lain. Tapi
sebagian lagi mengatakan cinta sejati adalah bahagia melihat orang yang kamu
sayang bahagia, meskipun itu bukan bersama dirinya. Ketika seseorang jatuh
cinta padamu, ada dua hal yang sangat berarti baginya. Pertama yaitu segala
sesuatu yang kamu katakan, yang kedua segala hal yang kamu lakukan. Ya, itu
hanya ketika dia sedang jatuh cinta. Cinta itu seperti air, dibutuhkan setiap
orang, didapat dengan cuma-cuma. Tapi, banyak yang tidak menghargainya. Tapi bagiku
cinta itu ketika jantungku berdetak kencang karena suatu yang tak dapat
dijelaskan.
Dia yang
membuat jantungku berdetak kencang untuk pertama kali, pergi meninggalkan ku
karena satu alasan yang membuat siapapun yang ditinggalkannya bahagia bila
mendengarkannya. Walaupun disaat itu, jantungku seakan ikut berhenti berdetak
untuk selamanya. Alasan seperti apa itu, hanya aku yang bisa memahaminya. Hanya
karena dia selalu ingin berada disisiku dan ingin menjadi bagian dari hatiku,
karena itu pula dia meninggalkanku. Kusebut dia CINTA. Ketika seseorang
ditinggalkan maka dia akan membuat kesimpulan bahwa hatinya terluka, hatinya
sakit, merasa dicampakkan, dan sebagainya. Ya, tergantung karena apa mereka
ditinggalkan. Sampai detik ini aku masih sangat merindukan kehadirannya yang
tidak akan pernah mungkin terjadi. Banyak orang disekitarku menyimpulkan aku
akan berhenti merindukannya setelah satu bulan, dua minggu, sepuluh hari,
bahkan ada yang bilang tiga hari. Tapi yang kulalui lebih dari itu, ini sudah
hampir dua tahun. Dan belum ada satupun yang mampu membuat jantungku berdetak
kencang untuk yang kedua kalinya selama hampir dua tahun ini. Mungkin karena
itu juga aku masih merindukannya. Meskipun banyak yang ingin menembus dan
menghancurkan tembok baja yang dibuatnya untuk melindungi jantungku dari
orang-orang yang berniat menggantikan posisinya di balik tembok itu. Tembok itu
tak pernah goyah, retakpun tidak.
Ditinggalkan ,
bukan berarti kamu pernah gagal dalam berhubungan. Mungkin itu suatu awal yang
akan membawa mu pada kehidupan yang lebih baik. Belajar merelakan dan ikhlas.
Yang diperlukan hanya keberanian untuk mencoba mencari kembali. Mungkin Tuhan
menunggu waktu yang tepat untuk menempatkan dia dalam hidupku.
“Masih
disini?”
“Ney..”
“Jangan
ngelamun, udah mau gelap. Kita balik ke hotel !” Neyla menarik tanganku, dan
aku hanya menurut. Padahal aku masih ingin menikmati suasana senja di pelabuhan
Ratu ini.
“Ney, kapan
kita check out?”
“Besok Na,
santai aja. Kalau masih mau jalan-jalan nanti kita lanjutin. Kamu tuh nyadar
nggak sih kamu udah duduk dipasir empat jam. Nggak tepos tuh pantat..”
“Aku masih
pengen disini Ney..”
Neyla
menghentikan langkah kakinya. Dia hanya menatapku , tatapan penuh rasa kasihan.
Sahabat yang sangat memahami keadaanku. Hanya dia yang bisa melihat aku sedih
dan terluka dari mataku, ketika semua orang percaya dengan senyum diwajahku.
Dan disaat aku merasakan cinta pada seorang pria, hanya dia yang menyadarinya.
Bahkan hanya dia yang tidak tersinggung ketika aku cuma diam bila diajak bicara
dan ketus bila suana hatiku sedang tidak baik. Karena itu hanya dia yang bisa
menjadi sahabatku, sahabat yang menerima kondisi kejiwaanku. Bukan karena aku
gila, tapi karena aku orang yang ditinggalkan. Dan dia tetap bertahan
disampingku, membantuku bangkit dari hal yang menurutnya patut dilupakan.
“Oke, sampai
kapan?” Neyla melepaskan tanganku dari genggamannya.
“Satu jam lagi,
please..”
Aku tahu, aku
sahabat yang sangat menyusahkan. Tapi aku pernah meminta Neyla untuk pergi, dan
jangan ikut campur urusanku lagi. Karena aku sadar, orang yang berada didekatku
akan sangat kerepotan karena tingkah anehku. Dan yang kudapat, Neyla masih
tetap berdiri disampingku. Lengket seperti perekat super. Darimana dia datang
akupun tidak pernah menyadarinya. Dia muncul satu minggu sebelum aku mengenal
Arya, orang yang membuat jantungku berdetak kencang.
“Ya sudah, aku
packing dulu. Nanti aku kesini
lagi..”
“Makasih..”
Neyla pun
berlalu tanpa bertanya apa-apa lagi. Satu yang sangat dia yakini, semua akan
berlalu seiring berjalannya waktu. Dan aku hanya butuh sedikit waktu lagi. Aku
tak pernah berdebat dengan keyakinannya itu, aku hanya membiarkan dia melakukan
apa yang dia inginkan. Selama itu tidak menggangguku yang tetap ingin seperti
ini.
Angin laut
membuat rambutku yang panjang bergulung tak tentu arah. Berjalan kembali ketempat aku duduk tadi dan kembali memikirkan tentang cintaku
yang pergi. Neyla selalu bicara waktu pertama kali dia bertemu Arya, Arya sangat
tampan. Dan dia bertanya , apa karena ketampanannya aku jatuh cinta pada Arya.
Aku hanya bilang iya padanya. Karena jika aku bilang tidak, itu hanya akan
terdengar seperti suatu penyangkalan. Arya memang tampan, tapi bukan karena itu
jantungku berdetak kencang untuknya. Sulit dijelaskan, Arya bukan laki-laki
pertama yang menjadi pacarku. Tapi dia orang pertama yang memegang kunci untuk
membuka pintu hatiku. Dia kekasihku.
Kita tidak
bisa memilih dengan siapa kita harus jatuh cinta. Meskipun kita tahu tak
seharusnya kita mencintainya, dan pada akhirnya akan tetap mencintainya. Arya
lah yang memaksaku dengan halus untuk jatuh cinta padanya, sebelum dia
memutuskan untuk menjadi bagian dari hidupku. Karena dia hanya ingin memiliki
orang yang juga ingin memilikinya. Ratusan kali aku menyangkal apa yang kurasa
padanya karena itu tak boleh terjadi. Pada akhirnya, akupun menyerah. Dia, Arya
Nindra. Orang yang pertama yang membuatku merasakan indahnya cinta, orang yang
berbeda keyakinan denganku. Batas yang tak bisa aku dan Arya lalui. Hingga pada
waktunya dia pergi ke negeri yang jauh, tentunya meninggalkanku yang masih
dalam keadaan jatuh dalam perangkap cintanya.
Aku selalu
bersyukur memiliki Neyla sebagai sahabatku. Banyak nasehatnya yang berguna
untukku. Padahal aku tak pernah secara langsung mengucapkan terima kasih atas
waktu yang dia korbankan untuk terus bersamaku. Meskipun dia selalu mengambil
kesimpulan Arya itu playboy, dan tak
pernah mencintaiku. Karena bagi Neyla seseorang yang mencintai pasangannya
takkan pernah kehabisan alasan untuk mempertahankan pasangannya, dan takkan
pernah mencari alasan untuk meninggalkan pasangannya. Dan alasan Arya , hanya
omong kosong baginya. Aku tak pernah menyalahkan kata-kata Neyla. Dia benar
jika dia memang merasa itu benar dan masuk akal. Tapi Neyla tidak tahu
kebenarannya. Jadi aku hanya bisa diam mendengar semua omelannya pada Arya.
Meskipun pada akhirnya dia akan lelah berbicara sendiri, tanpa aku membantah
kata-katanya sedikitpun.
Tak sekalipun
aku menangisi keadaan, tapi aku menyesal karena tidak pernah memperjuangkan
sedikit harapan yang ku miliki ketika masih disisinya. Andai saat itu aku tidak
meremehkan diriku sendiri, dan menganggap tidak ada yang dapat dilakukan. Itu
kebodohan terbesarku.
Memikirkan
semua ini, memang sudah menjadi hal yang biasa untukku. Karena tidak ada
sesuatu yang berjalan sesuai rencana bila kita tidak yakin dengan apa yang kita
jalani. Dan satu hal yang aku yakini saat ini adalah perutku minta diisi
sesuatu. Sungguh mengganggu. Memalukan, perut yang lapar sangat tidak enak.
Belum makan apa-apa sejak pagi tadi. Kalau aku mencari sesuatu untuk dimakan
sekarang, apa Neyla bisa menemukanku. Aku tak ingin dia kerepotan mencariku.
Dia memang selalu pandai menunjukkan betapa khawatirnya dia padaku. Telepon
genggamku ada dikamar hotel, jadi aku tidak bisa menghubunginya. Ingin kembali
ke hotel dan memesan makanan disana, tapi tak ada menu yang aku suka. Apa boleh
buat, aku harus kembali kesana dan mengajak Neyla cari makan diluar.
Berjalan
kembali ketempat kami menginap, lumayan jauh. Sudah jam tujuh malam, aku masih
berharap bisa kembali mengingat Arya sambil melihat cakrawala. Tapi cakrawala
benar-benar sudah tak terlihat. Memang ada baiknya aku kembali, dan membantu
Neyla packing barang-barang kami. Dan
makan sesuatu yang aku suka. Berjalan telanjang kaki dipasir yang hangat
setelah dijemur seharian, sungguh menyenangkan. Suara ombak yang menghempas
batu karang seperti berdengung ditelingaku.
“Aww..”
seseorang melempar batu kecil dan mengenai belakang telingaku. Orang iseng mana
yang kurang kerjaan melempar batu ditempat gelap. Aku tidak percaya hantu
ataupun penunggu tempat-tempat angker. Aku hanya percaya pada manusia-manusia
iseng kurang kerjaan.
“Siapa nih
yang lempar batu? Ayo keluar..” kucoba menerawang kebeberapa sudut dipantai
Ratu ini, memang agak tidak terlihat. Tapi aku yakin ada orang disini selain
aku. Yang benar saja, mungkin dalam jarak 5meter dihadapanku, ada sosok yang
menghampiriku. Seorang laki-laki. Ini dia si orang iseng, “kamu yang lempar
batu?” tanyaku pada laki-laki didepanku. Aku masih belum bisa melihat wajahnya
dengan jelas.
“Nggak
sengaja, dikirain nggak ada orang..”
Orang ini,
dari bicaranya terdengar sombong. Lebih baik aku abaikan saja orang iseng seperti
ini. Kalau aku ladenin bisa terjadi pertengkaran. Suasana hatiku sedang tidak
baik, dan perutku mulai perih. Parahnya kepalaku mulai pusing, apa karena batu
yang mengenai telingaku.
“Eh kok malah
pergi sih..”
Apa-apaan ini,
dia menahanku dengan menarik tanganku. Tidak sopan.
“Nggak punya
urusan ya dengan kamu, lepasin !!” orang ini bodoh atau apa. Apa mungkin dia
punya niat jahat padaku.
“Oke, Nana..”
“Kamu…?” dia
tahu namaku.
“Ya kamu Nana
kan. Apa kamu tahu aku?”
“Ya aku tahu
kamu..”
“Wah yang
benar, memangnya aku siapa…”
“Kamu..
Penguntit!!”
“Hah,,
penguntit. Na, Nana…”
Aku segera
berlari meninggalkan laki-laki ini. Menyeramkan sekali, aku bertemu orang asing
ditempat yang baru dua kali aku datangi. Ditambah dia tahu namaku, dan sekarang
dia pun berusaha mengejarku. Wajahnya pun tidak dapat kulihat dengan jelas. Ya
Tuhan, beri aku kekuatan untuk berlari dengan cepat ketempat yang ramai.
“Jangan
sekarang, jangan sekarang!!” mulai terasa seperti mau tumbang, karena kepala ku
jadi begitu pusing dan sakit. Aku berteriak pada diri sendiri. Dan yang baru
kusadari ada darah dibajuku, hal terburuknya aku pobia pada darah. Aku sudah
tak tahan melihat warna merah yang mengalir didadaku. Tampak datang dari
belakang telinga, pantas rasanya membuatku pusing. Aku rasa aku akan
benar-benar pingsan. Lariku pun mulai tak karuan, aku tak bisa melihat dengan
benar. Pandanganku kabur. Dan ada suara-suara yang tampak tak asing datang dari
arah belakang.
“Na… Nana,
Nana, Nana…..”
Siapa
dia?